Jumat, 07 Januari 2011


HIKAYAT : PURA-PURA ALIM


Diceritakan, ada seorang lelaki desa pulang dari menunaikan ibadah haji. Setibanya dari ibadah haji, ketika shalat ia menghadap ke arah yang ia kehendaki. Perbuatan ini sangat aneh, sebab sebelum ia menunaikan ibadah haji, ketika akan shalat menghadap ke arah barat. Suatu hari, anaknya mengingatkan ayahnya. " Ayah, apakah engkau tidak ingat ? " Ayahnya balik bertanya: " Emangnya ada apa ? ". Sang anak menjawab: " Tadi, saya melihat ayah shalat menghadap ke Timur ". Ayah menjawab : " O ... itu yang akamu tanyakan ? Kamu banyak ngomong, kamu kan masih kelas VI Ibtidaiyah, pengalamanmu masih sedikit dan kamu masih belum belajar cara-cara menunaikan ibadah haji. Kalau kamu pergi ke Mekkah, niscaya akan tahu sendiri. Anaknya bertanya: " Maksudnya, ayah ? " Kemudian ayahnya menerangkan: " Anakku, menghadap ke barat itu hanya sebagai contoh kecil yang terjadi di beberapa negeri saja. Orang-orang di Mekkah, ketika akan shalat bebas menghadap ke arah mana saja, bahkan saya shalat kadang-kadang berhadapan dengan imam dan kadang-kadang di sampingnya. Ya, begitulah kalau tidak pengalaman, seperti kamu". Sang anak diam dan tak bereaksi sedikitpun setelah mendengarkan keterangan ayahnya yang tidak masuk akal itu.


HIKAYAT : SANG WALIYULLAH

Diceritakan dari KH. Syakir bin Siraj bin Syarqowi , paman penulis bahwa KH. Moh. Ilyas bin Syarqowi bin Shodiq Romo al Qudusy (W. 1959). Beliau seorang ulama yang sangat alim, waro' serta pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep Madura kedatangan seorang tamu bernama H. Rahbini. Ia mengadu kepada beliau tentang suatu hal yang tidak ia senangi menimpa pada dirinya, yaitu terjadi pencegahan dari pihak keamanan dan ketertiban (Polisi) terhadap barang dagangannya berupa pupuk untuk diturunkan dari perahu tersebut. (Menurut riwayat, pupuk tersebut diangkut perahu dari Kabupaten Pasuruan ke Desa Aeng Panas, Sumenep untuk diangkut ke Guluk-Guluk, di mana H. Rahbini bertempat tinggal). Kemudian KH. Moh. Ilyas memerintah dia supaya mengambil semangkok pupuk itu untuk diserahkan kepada beliau. Hal ini terjadi pagi hari. Selanjutnya KH. Moh. Ilyas menyuruhnya kembali menghadap beliau pada sore hari keesokan harinya. "Ambil besok sore dan pupuk yang ada dalam mangkok ini, kemudian taburkan di atas karung-karung pupuk lain yang ada di perahunya. Setelah itu, mintalah izin lagi kepada polisi untuk menurunkan karung-karung gula pasir (bukan pupuk) itu dari atas perahu", kata beliau. H. Rahbini melakukan semua itu. Ketika Polisi melakukan pengecekan, ia kagum dan kaget, karena kemarin yang dia lihat bukan gula pasir, tapi pupuk, sedangkan sekarang kok berubah jadi gula pasir. Berkat do'a KH. Moh. Ilyas, yang asalnya isi karung itu adalah pupuk berubah menjadi gula pasir. Dan Polisi mengizinkan untuk diturunkan dari perahunya dan kemudian diangkut ke Guluk-Guluk dengan menggunakan kuda. Maka sesampainya di rumahnya, isi karung-karung itu berubah lagi menjadi pupuk seperti semula. Sangatlah istijabah do'a beliau, karena kedekatannya kepada Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar